Search This Blog

Sunday 6 August 2017

TADABUR AL QURAN - SURAH YASIN - AYAT 7

📖 Ayat ke-7 Surat Yaasin.

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

🍃 Arti Kalimat: Sungguh telah berlaku ketetapan adzab bagi kebanyakan mereka, sehingga mereka tidak beriman.

☝️ Allah telah menakdirkan dalam catatan Lauhul Mahfudzh bahwa kebanyakan orang-orang kafir Quraisy itu tidak akan beriman. Hal ini dijelaskan dalam banyak penjelasan Ulama’ Tafsir seperti Ibnu Jarir atThobary, al-Qurthuby, dan yang lain.

🔰 Allah Maha Mengetahui bahwa kebanyakan mereka tidak akan beriman, meski banyak dan berlimpah bukti maupun tanda-tanda yang disampaikan. Allah tidak memberi hidayah kepada mereka. Allah Maha Mengetahui siapa saja yang berhak untuk mendapatkan hidayah, dan siapa yang berhak untuk disesatkan.

✅ Siapa saja yang mendapatkan hidayah, maka dia mendapatkan hidayah karena fadhilah (kelebihan kebaikan) dari Allah.

💥 Siapa saja yang tidak mendapatkan hidayah, maka ia memang berhak untuk tidak mendapat hidayah, dengan keadilan Allah.

🔵 Allah tidak akan pernah sedikitpun salah dalam memberikan hidayah kepada yang tidak berhak.

...إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى

🍃 Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan Dia Paling Mengetahui siapa yang (berhak) mendapatkan hidayah (Q.S anNajm ayat 30).

📝 Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah menyatakan: Allah Azza Wa Jalla melihat ke hati para hamba. Barangsiapa yang berhak mendapatkan hidayah, Allah akan beri hidayah kepadanya. Barangsiapa yang tidak layak mendapatkannya, Allah tidak memberi hidayah kepadanya.
Allah melihat ke hati para hamba.

🔎 Sebagaimana Allah memilih siapa yang terbaik hatinya untuk menjadi Rasul dan siapa yang terbaik hatinya untuk menjadi para Sahabat Rasul. Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu menyatakan:

إِنَّ اللَّهَ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ فَوَجَدَ قُلُوبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُونَ عَلَى دِينِهِ فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ سَيِّئٌ

🍃 Sesungguhnya Allah melihat pada hati para hamba. Kemudian Dia mendapati hati Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah hati terbaik di antara hambaNya. Maka Allah pilih untuk DiriNya, Allah utus beliau dengan risalahNya. Kemudian Allah melihat pada hati para hamba (yang lain) setelah hati (Nabi) Muhammad. Allah mendapati hati para Sahabatnya adalah sebaik-baik hati para hambaNya. Maka Allah jadikan mereka sebagai menteri (penolong) Nabinya, yang berperang di atas agamaNya. Maka apa yang dilihat oleh kaum muslimin (para Sahabat Nabi) sebagai kebaikan, maka itu adalah kebaikan di sisi Allah, dan apa yang mereka lihat sebagai keburukan, maka itu buruk di sisi Allah (H.R Ahmad no 3600, alBazzar no 1816 dihasankan oleh Syaikh al-Albany).

🌺 Karena hidayah taufiq satu-satunya di Tangan Allah, maka wajib bagi kita untuk ikhlas, bertawakkal dan tunduk sepenuhnya hanya kepada Allah memohon hidayah dan kekokohan di atas hidayah, karena Dialah Pemilik satu-satunya.

🌹 Allah menakdirkan sesuatu, dan juga menakdirkan penyebab-penyebab ke arah sesuatu. Allah menakdirkan suatu pihak dapat petunjuk dan Allah menakdirkan penyebab-penyebab pihak tersebut bisa mendapatkan petunjuk.

🌏 Allah telah memberikan penjelasan-penjelasan yang gamblang tentang jalan-jalan yang bisa ditempuh untuk mendapatkan petunjuk, dan juga menjelaskan hal-hal yang bisa menyebabkan seseorang menyimpang dari jalanNya.

💐 Allah akan menolong dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang berjuang di jalanNya.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

🍃 Dan orang-orang yang berjuang di (jalan) Kami, sungguh Kami akan beri petunjuk pada jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat ihsan (kebaikan)(Q.S al-Ankabuut ayat 69).

🌠 Mengikuti jalannya para Sahabat Nabi yang beriman bersama Nabi, akan menjadi penyebab mendapatkan petunjuk.

فَإِنْ آَمَنُوا بِمِثْلِ مَا آَمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا...

🍃 Jika mereka beriman sebagaimana iman kalian (wahai para Sahabat Nabi), maka sungguh mereka akan mendapatkan petunjuk (Q.S al-Baqoroh ayat 137).

📛 Sebaliknya, bagi orang yang suka menyimpang, Allah akan simpangkan hatinya, sebagai balasan baginya.

...فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِين

🍃 Ketika mereka menyimpang, Allah simpangkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (Q.S as-Shaff ayat 5).

🚨 Orang yang memilih menyelisihi jalan Rasul setelah jelas baginya petunjuk, Allah akan palingkan ia semakin jauh dari al-haq, maka ia semakin menyimpang.

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

🍃 Dan barangsiapa yang menyelisihi Rasul, setelah jelas baginya petunjuk dan mengikuti jalan selain jalan kaum beriman, maka Kami akan palingkan ia (ke arah berpalingnya) dan Kami masukkan ia ke Jahannam, dan Jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali (Q.S anNisaa’ ayat 115).

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

TADABUR AL QURAN - SURAH YASIN - AYAT 5-6

Ayat Ke-5 Surat Yaasin

👈(5) تنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ

🍃 Arti Kalimat: (al-Quran ini) diturunkan (oleh) Yang Maha Mulya lagi Maha Penyayang.

☝️ Ayat ini menunjukkan bahwa al-Quran itu diturunkan oleh Allah. Penggunaan kata ‘diturunkan’ menunjukkan salah satu dari sekian banyak sisi pendalilan dalam al-Quran bahwa Allah itu berada di atas. Menunjukkan ketinggian Allah. Al-Quran adalah Kalam Allah dan bukan makhluk, sebagaimana akidah yang disepakati Ulama Ahlussunnah.

💐 Penggunaan lafadz ‘tanzil’ yang merupakan bentuk masdar dari kata ‘nazzala’ menunjukkan bahwa al-Quran itu diturunkan secara berangsur-angsur, tidak sekaligus.

 وَقُرْآَنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

🍃 Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian (Q.S al-Israa’ ayat 106).

🌹 Al-Quran itu diturunkan dari sisi Yang Maha Mulya lagi Maha Penyayang.

🌏 Allah sebutkan SifatNya, yaitu Yang Maha Mulya (al-Aziiz). Allah Maha Mulya dalam 3 keadaan:

1⃣. Maha Mulya dalam kedudukanNya (izzatul Qodr), artinya Allah memiliki kedudukan yang tinggi dan agung.

2⃣. Maha Mulya dalam hal mengalahkan (izzatul Qohr), artinya tidak ada satu pihakpun yang bisa mengalahkan Allah, justru semuanya tunduk di bawah kekuasaanNya.

3⃣. Izzatul imtina’. Allah tidak akan pernah tersentuh dengan keburukan sedikitpun. Tidak ada satupun yang bisa menimbulkan mudharat/ berbuat buruk kepada Allah.

✅ Dalam ayat ini juga Allah sebutkan sifatNya Yang Maha Penyayang (arRohiim). Al-Quran diturunkan dari sisi Yang Maha Mulya lagi Maha Penyayang.

❓Mengapa Allah menyebutkan 2 Sifat ini ketika menyebutkan diturunkannya al-Quran?

▶️ Untuk mengingatkan manusia bahwa al-Quran itu diturunkan oleh Dzat Yang Maha Mulya, maka hati-hatilah kalian, wajib bagi kalian berpegang teguh dengan al-Quran, karena jika tidak….kalian akan berhadapan dengan Yang Maha Mulya yang Tak Terkalahkan saat mengadzab sesuatu.

⏩ Selain itu, al-Quran diturunkan oleh Yang Maha Pengasih. Ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa salah satu bentuk kasih sayang Allah yang terbesar adalah diturunkannya al-Quran. Dengan al-Quran, menjadi hiduplah hati dan badan. Dengan al-Quran menjadi baiklah pribadi manusia dan masyarakatnya.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖

 Ayat Ke-6 Surat Yaasin

( لتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آَبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ(6

🍃 Arti Kalimat: Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang ayah-ayah mereka tidak mendapat peringatan (sebelumnya) sehingga mereka lalai.

🌏 Allah turunkan al-Quran dan mengutus Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam agar memberi peringatan kepada kaumnya, yaitu bangsa Arab yang sudah sangat lama tidak mendapatkan nasehat, ilmu, dan peringatan-peringatan sejak Nabi Ismail ‘alaihissalam. Karena sudah sedemikian lamanya masa (perkiraan lebih dari 2000 tahun) sejak meninggal Nabi Ismail hingga diutusnya Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam.

🍂 Sehingga ajaran Nabi Ismail sudah banyak mereka ubah, bercampur baur dengan penyimpangan-penyimpangan dan kesyirikan. Orang-orang Arab pada waktu itu mengenal Allah, bahkan tidak jarang di antara mereka yang bersumpah dengan atas nama Allah, mereka juga berhaji dan menyembah Allah, namun persembahan ibadah mereka itu tidak murni hanya untuk Allah semata, tapi juga dibagi (diserikatkan) dan ditujukan juga ke berhala-berhala yang mereka agungkan dengan tujuan untuk mendekatkan diri mereka atau memberi syafaat di sisi Allah.

✅ Ayat ini semakna dengan ayat lain dalam al-Quran :

...لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

🍃…agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang sebelummu tidak ada pemberi peringatan yang datang kepada mereka, agar mereka menjadi ingat (Q.S al-Qoshosh ayat 46).

...لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

🍃…agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang sebelummu tidak ada pemberi peringatan yang datang kepada mereka, agar mereka mendapatkan petunjuk (Q.S al-Qoshosh ayat 46).

🔰 Pada ayat ke-6 surat Yaasin ini Allah menjelaskan bahwa karena lamanya kaum Arab tidak mendapat peringatan, mereka kemudian menjadi lalai (fa hum ghofiluun).

🚨 Ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa seseorang akan terjatuh dalam sikap lalai, lupa, dan menyimpang jika lama tidak ada yang mengingatkan dengan peringatan dalam al-Quran dan hadits-hadits Nabi. Semakin jauh dan lama seseorang dari majelis ilmu Ahlussunnah dan kajian-kajian melalui audio atau tulisan, maka ia akan semakin lalai dan mudah terperosok dalam pelanggaran-pelanggaran syar’i.

💡 Apakah Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam hanya diutus kepada bangsa Arab saja? Diperjelas dalam ayat lain bahwa beliau diutus kepada seluruh manusia:

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا

🍃 Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian seluruhnya…(Q.S al-A’raaf: 158).

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

🍃 Maha Suci (Allah) Yang menurunkan al-Furqon kepada hambaNya untuk menjadi peringatan bagi seluruh alam (Q.S al-Furqon ayat 1).

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

TADABUR AL QURAN - SURAH YASSIN - AYAT 1-4


(1) يس 

Kata Yaasiin adalah gabungan huruf ya’ dan sin dalam abjad Arab. Sama seperti beberapa awalan dalam surat lain yang diawali dengan gabungan beberapa huruf yang terpotong, seperti الم , حم, كهيعص dan semisalnya.

Pendapat yang rajih (lebih kuat), seperti yang dipilih oleh Syaikh Ibn Utsaimin bahwa kata Yaasin dalam bahasa Arab tidaklah memiliki makna. Fungsi penyebutan huruf-huruf terpotong di awal surat-surat al-Quran adalah untuk menantang bangsa Arab pada waktu itu yang pandai menggubah syair-syair yang indah, bahwa sesungguhnya al-Quran tidaklah tersusun dari huruf-huruf yang baru, tapi ia tersusun dari untaian kalimat yang huruf-hurufnya juga kalian gunakan.

Ia tersusun dari huruf-huruf seperti ya’ dan sin, alif-lam-dan miim. Sama persis dengan yang kalian gunakan dalam percakapan kalian. Maka mampukah kalian menggubah suatu surat yang sama dengan al-Quran? Ternyata tidak mampu.

Jika kita perhatikan, hampir seluruh surat yang didahului oleh huruf-huruf terpotong tersebut setelahnya akan menyebutkan tentang al-Quran. Demikian yang dijelaskan oleh sebagian Ulama’, di antaranya Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah rahimahullah (salah seorang guru Ahli Tafsir, Ibnu Katsir rahimahullah).



(2) والْقُرْآَنِ الْحَكِيمِ 

Arti kalimat: Demi al-Quran yang al-hakiim

Allah bersumpah dengan al-Quran yang memiliki sifat al-hakiim.

Apa yang dimaksud dengan al-Hakiim? Syaikh Ibn Utsaimin mengisyaratkan adanya 3 unsur utama dalam kata hakiim, yaitu hukum, ihkaam, dan hikmah.

Pertama, al-Quran adalah sebagai sumber hukum. Ia menjadi hakim yang memutuskan perkara jika ada perselisihan.

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Jika kalian berselisih pendapat tentang sesuatu hal, maka kembalikan kepada Allah (al-Quran) dan kepada Rasul (haditsnya), jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih baik dan akibatnya lebih baik (Q.S anNisaa’ ayat 59).

Kedua, mengandung makna ihkaam, yaitu pengokohan dan penyempurnaan.
Al-Quran dikokohkan dan dijadikan sempurna oleh Allah, sehingga tidak ada ayat dalam al-Quran yang bertentangan satu sama lain. Khabar-khabar dalam al-Quran adalah haq (benar dan jujur), hukum-hukumnya adil.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

Tidakkah mereka mentadabburi (memikirkan dan menghayati) al-Quran? Kalau seandainya al-Quran berasal dari selain Allah, niscaya mereka akan dapati di dalamnya pertentangan yang banyak (Q.S anNisaa’ ayat 82).

وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا

Dan telah sempurna kalimat Tuhan kalian dalam hal kebenaran dan keadilan (Q.S al-An’aam ayat 115).

Orang yang berpegang teguh dengan al-Quran, akan dikokohkan dan dikuatkan.

Ketiga, mengandung makna hikmah. Hikmah adalah menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya. Hukum dalam al-Quran itu adil, sesuai dengan fitrah dan akal yang sehat. Secara global, akal akan menerima penjelasan dalam al-Quran.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan makna bahwa al-Quran adalah hikmah: meletakkan perintah dan larangan yang tepat dan sesuai, meletakkan balasan kebaikan dan balasan keburukan secara tepat dan sesuai.


( إنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (3

Arti Kalimat: Sungguh engkau (wahai Muhammad) termasuk Rasul yang diutus
Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah Rasul.

Kalimat pada ayat ke-3 ini nampak jelas adanya 3 penguatan/ penegasan, yaitu (i) huruf inna, (ii) huruf lam taukid, (iii) sumpah pada ayat sebelumnya.

Ayat ini adalah bantahan bagi kaum kafir Quraisy yang mengingkari dan mendustakan bahwa Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah seorang Rasul.

وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَسْتَ مُرْسَلًا

Dan orang-orang kafir berkata: engkau (wahai Muhammad) bukanlah Rasul…(Q.S arRa’d ayat 43).

Ayat Ke-4 Surat Yaasin

( علَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (4

Arti Kalimat: berada di atas jalan yang lurus
Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam berada di atas jalan yang lurus.

Dalam ayat yang lain, Allah menjelaskan bahwa beliau adalah pemberi petunjuk ke jalan yang lurus.

وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

dan sesungguhnya engkau adalah benar-benar pemberi petunjuk (penjelasan) menuju jalan yang lurus (Q.S asy-Syuuro ayat 52).

Maka Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam berada di atas jalan yang lurus, sekaligus beliau adalah pemberi petunjuk menuju jalan yang lurus. Dalam setiap sholatnya, orang yang beriman selalu meminta diberi petunjuk ke jalan yang lurus. Maka ikutilah Sunnah Nabi (perbuatan, ucapan, dan persetujuan beliau), karena sesungguhnya itu akan mengantarkan kepada jalan yang lurus.

Jangan beribadah kepada Allah kecuali dengan petunjuk dan teladan yang dibimbing oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Jangan mengada-adakan sesuatu yang baru dalam Dien ini (bid’ah/ Ahwaa’), karena itu akan menyimpangkan kita dari jalan yang lurus tersebut.

Abul ‘Aaliyah –seorang tabi’i- rahimahullah menyatakan:

تَعَلَّمُوا اْلإِسْلَامَ فَإِذَا تَعَلَّمْتُوُهُ فَلاَ تَرْغَبُوْا عَنْهُ وَعَلَيْكُمْ بِالصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ فَإِنَّهُ الْإِسْلاَم وَلاَ تُحَرِّفُوا اْلِإسْلَامَ يَمِيْنًا وَلَا شِمَالًا وَعَلَيْكُمْ بِسُنَّةِ نَبِيِّكُمْ وَالَّذِي كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُهُ وَإِيَّاكُمْ وَهَذِهِ الْأَهْوَاءَ الَّتِي تُلْقِي بَيْنَ النَّاسِ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ

Pelajarilah Islam. Jika kalian telah mempelajarinya janganlah membencinya. Hendaknya kalian berada di atas jalan yang lurus, yaitu Islam. Jangan menyimpang dari Islam ke kanan atau ke kiri. Wajib bagi kalian (berpegang) dengan Sunnah Nabi kalian yang diamalkan oleh para Sahabat beliau. Hati-hati kalian jauhilah hawa nafsu ini (kebid’ahan) yang akan menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara manusia (diriwayatkan oleh al-Laalikaai dalam syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah wal Jamaah(1/56), Ibnu Wadhdhoh dalam al-Bida’, al-Ajurriy dalam asy-Syari’ah, al-Marwaziy dalam as-Sunnah).